Jumat, 27 Januari 2012

Senyawa Kimia Cinta


Secara ilmiah, perasaan cinta dan kasih sayang yang timbul antara dua orang yang berlainan jenis tidak terlepas dari peranan senyawa-senyawa kimia yang membentuk rasa cinta diantara keduanya. Salah satu senyawanya adalah senyawa feromon.

Senyawa Feromon

Istilah feromon (pheromone) berasal dari bahasa Yunani yaitu phero yang artinya “pembawaâ€
 dan mone “sensasi”. Senyawa feromon sendiri didefinisikan sebagai suatu subtansi kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh mahluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi.

Senyawa feromon pada manusia terutama dihasilkan oleh kalenjar endokrin pada ketiak, wajah (pada telinga, hidung, dan mulut), kulit, dan kemaluan dan akan aktif apabila yang bersangkutan telah cukup umur (baligh). Sifat dari senyawa feromon sendiri adalah tidak dapat dilihat oleh mata, volatil (mudah menguap), tidak dapat diukur, tetapi ada dan dapat dirasakan oleh manusia. Senyawa feromon ini biasa dikeluarkan oleh tubuh saat sedang berkeringat dan dapat tertahan dalam pakaian yang kita gunakan. Menurut para peneliti dan psikolog, senyawa feromon dapat mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh terutama otak kecil manusia dan diklaim mempunyai andil dalam menimbulkan rasa ketertarikan manusia pada manusia yang lain, baik itu perasaan cinta, suka, gairah seksual, siklus haid, atau bahkan saat memilih mana orang yang dapat dijadikan teman yang cocok.

Cara Kerja Feromon

Senyawa feromon dapat menimbulkan rasa ketertarikan antara dua orang berlainan jenis dengan bekerja layaknya inisiator/pemicu dalam reaksi-reaksi kimia. Prosesnya adalah ketika dua orang berdekatan dan bertatapan mata, maka feromon yang kasat mata dan volatil, akan tercium oleh organ tubuh manusia yang paling sensitif yaitu vomeronasalorgan (VNO) yaitu organ dalam lubang hidung yang mempunyai kepekaan ribuan kali lebih besar daripada indera penciuman. Organ VNO ini terhubung dengan hipotalamus pada bagian tengah otak melalui jaringan-jaringan syaraf.

Setiap feromon berhembus dari tubuh, maka senyawa ini akan tercium oleh VNO dan selanjutnya sinyal ini akan diteruskan ke hipotalamus (yang mengatur emosi manusia) agar memberikan respon/tanggapan. Tanpa perlu menunggu lama hanya setiap sepersepuluh ribu detik, maka akan ada respon dari otak melalui perubahan psikologis tubuh manusia baik itu perubahan pada detak jantung (berdetak lebih kencang), pernafasan (beraturan atau tidak), temperatur tubuh (panas dingin), nafsu, peningkatan pada kalenjar hormon baik itu kalenjar keringat, dan kerja dari produksi hormon testoteron (pada laki-laki) atau hormon esterogen (pada wanita).

Faktor Senyawa Kimia Lain

Pada dasarnya proses pemberian respon dari hipotalamus untuk melakukan perubahan psikologis emosi saat berdekatan dengan orang yang dikasihi tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Disini setelah senyawa feromon bertindak sebagai inisiator, maka selanjutnya hipotalamus akan merangsang pembentukan senyawa kimia lain yaitu senyawa phenyletilamine (PEA), dopamine, nenopinephrine, senyawa endropin, dan senyawa oksitosin. Senyawa-senyawa inipun akan bertindak sesuai fungsinya masing-masing. Senyawa PEA, dopamine, dan nenopinephrine memberikan respon tersipu-sipu atau malu ketika berpandangan dengan orang yang dicintai. Senyawa Endropin akan menimbulkan perasaan aman, damai, dan tentram. Sedangkan senyawa oksitosin berperan dalam membuat rasa cinta itu rukun dan mesra diantara keduanya.

Selanjutnya efek dari senyawa feromon dan senyawa-senyawa kimia lain terhadap tubuh manusia dapatlah disamakan dengan efek narkoba. Senyawa-senyawa ini akan membuat seseorang kecanduan sehingga ingin melihat pasangannya atau orang idamannya sesering mungkin. Perasaan jatuh cinta ini selang beberapa waktu akan menghilang sedikit demi sedikit. Hal ini disebabkan produksi senyawa tersebut tidak berlangsung terus menerus, kemampuan tubuh menghasilkan senyawa itu mulai berkurang setelah dua sampai empat tahun. Akibatnya, rasa tertarik pada seseorang pun mulai meluntur, terutama ketika tubuh tidak lagi memenuhi kebutuhan PEA. Pada saat rasa ketertarikan itu kian meluntur, maka otak akan tetap berusaha untuk memproduksi senyawa oksitosin selama kedua pasangan berusaha untuk saling menyayangi dan setia.

Definisi Cinta Dalam Matematika

Didalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “cinta”. Kita juga sering mendengar makna dari cinta, bahkan berbeda sumber berbeda pula maknanya, tetapi didalam perbedaan itu apabila kita kaji lebih mendalam terdapat suatu kesamaan arti. Terkadang kita bisa mendefinisikan sendiri makna cinta, tergantung dari cara pandang kita bagaimana menilainya, semua itu tentu saja bagi kita yang sudah pernah mengalaminya. Berikut adalah beberapa definisi cinta dengan mengibaratkan pada topik-topik matematika.

Cinta ibarat berada didalam semesta pembicaraan
Yakni objek-objek dioperasikan dengan memandang semestanya. Dalam hal ini, cinta tidak layak tumbuh jika menyimpang dari ajaran agama, hukum, maupun aturan-aturan yang berlaku.

Cinta ibarat relasi pada himpunan
Yakni suatu hubungan antara dua anggota himpunan tanpa memperhatikan aturan memasangkan. Dalam hal ini, cinta adalah suatu hubungan antara dua anak manusia tanpa memandang siapa berpasangan dengan siapa, semisal status sosial mereka dalam kehidupan.

Cinta ibarat operasi aljabar
Yakni suatu usaha untuk mendapatkan hasil operasi. Dalam hal ini, cinta membutuhkan upaya yang keras untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai, tidak hanya dengan ucapan, melainkan juga ditunjukkan dengan perbuatan.

Cinta ibarat fungsi bijektif pada himpunan
Yakni hubungan antara sebarang anggota himpunan yang satu ke tepat satu anggota himpunan lain demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini, cinta hanya ditujukan oleh seseorang ke tepat satu lawan hati, demikian sebaliknya si lawan hati juga menujukan cintanya ke tepat satu, yaitu orang yang bersangkutan.

Cinta ibarat terletak didalam persekitaran titik tetap dengan jari-jari bilangan real nonnegatif tertentu
Yakni letak titik-titik dengan jarak dari titik tetap adalah bilangan real nonnegatif tertentu. Dalam hal ini, cinta adalah suatu perasaan yang menganggap keberadaan sang pujaan didalam hati terletak dalam jarak yang sangat dekat.

Cinta ibarat barisan konvergen
Yakni barisan yang mempunyai limit dan limitnya adalah tunggal. Dalam hal ini, cinta adalah suatu perasaan didalam hati yang menuju dengan tunggal hanya ke sang pujaan.

Cinta ibarat fungsi monoton tidak turun
Yakni suatu fungsi yang jika semakin besar nilai anggota domainnya maka semakin besar pula nilai fungsinya. Dalam hal ini, cinta adalah rasa kasih dan sayang yang semakin lama tidak akan pernah berkurang apalagi hilang.

Selasa, 24 Januari 2012

Cinta dan Matematika

[Sedikit hiburan sesudah tenggelam dalam buku-buku Natanson, Mathews, LeVeque, Hoffman dan Strauss, melanjutkan membaca buku Wolfram:D]
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

[aku ingin, Sapardi]

Banyak yang bilang cinta itu rumit, namun Sapardi menyajikan cinta dalam bentuk yang sederhana. Jawaban atas kesederhanaan itu aku temukan dalam buku Wolfram, karena ternyata program yang sederhana mampu menghasilkan sebuah sistem yang kompleks. Menariknya lagi, persamaan antara program sederhana yang contohnya dapat dilihat dari ilustrasi-ilustrasi fraktal, ternyata tak hanya ditemukan dalam model komputasi. Di alam, nautilus, bunga daisy, bonggol nanas, mengikuti rasio emas(golden ratio) yang dalam skala mikro sangat sederhana.

Asli, menarik banget. Apalagi dulu sempat iseng-iseng bikin contoh fraktal menggunakan bilangan imajiner, kompleksitasnya bergantung pada banyaknya iterasi. Karena aku masih sebatas penikmat buku(padahal kata dosenku anak math membaca harus sambil megang pinsil dan siap kertas), aku kutip aja: “Then after an initial period where the models are often said to be too simplistic to be worth considering, there begin to be all sorts extension added that attempt to capture more effect and more details. The result of this is that after a few years my original models have evolved into models that are almost unrecognizably complex.”[A New Kind of Science, Wolfram, p.367]

Kayanya aku bener-bener harus nyari buku “Programming for Dummies”(ada yang punya?) Senin lalu juga sempat nonton teman sidang. Isinya tentang pemodelan hubungan perusahaan dengan stakeholder. Dalam sistem konvensional, stakeholder suatu perusahaan hanya dipandang sebagai pihak yang menerima. Nah, dengan menggunakan sistem PRISM, stakeholder seharusnya juga memberikan kontribusi sehingga bentuk sistemnya menjadi nonlinier. Pemodelannya dilakukan dengan sistem dinamik yang menggunakan program PowerSim. Waktu pembahasan ada pembahasan mengenai validasi model yang terdiri dari beberapa sudut. Karena aku belum belajar sistem dinamik, baru baca-baca doang, jadinya ngga terlalu ngerti. Tapi kalau mendengar pembahasannya tampaknya asyik.


Huaaa... kebanyakan hal menarik, TA-ku sendiri ngga beres-beres. Tapi seperti biasa, karena penulis adalah raja, aku mau melakukan pembelaan diri. Karena TA-ku juga berkaitan dengan pemodelan gelombang, maka aku juga melakukan validasi dengan menunjukkan skema beda hinggaku konvergen ke solusi dari persamaan diferensial. Hanya saja ada beberapa hal yang bikin aku bingung, ketika belajar numerik, ada 3 hal yang harus ditunjukkan: konsistensi, kestabilan, dan konvergensi. Dalam pembuktian yang aku lakukan, konsistensi diperoleh dengan menunjukkan fungsi yang ada memenuhi kondisi Lipschitz. Trus kestabilannya diasumsikan berlaku yaitu memenuhi kondisi kestabilan CFL(daerah kebergantungan numerik memuat daerah kebergantungan persamaan diferensial). Yang terakhir diperoleh dengan menunjukkan selisih numerik dan diferensialnya menuju nol. Tapi... waktu belajar numerik ada analisis Neumann segala, sekarang koq ngga ada ya? Mungkin gara-gara asumsi CFL kali ya....

Hmm... mencoba menggunakan kacamata sederhananya Wolfram. TA-ku sederhana karena menggunakan perangkat matematika purba: numerik. Padahal biasanya numerik hanya digunakan sebagai alat bantu, bukan untuk membuktikan rumus. Jadinya TA-ku sekarang ini penuh dengan variabel-variabel dengan index bejibun. Padahal cara kerjanya mirip-mirip(similar dalam bahasanya Wolfram), membuktikan keterukuran, terbatas, baru di bagian akhir-akhir melibatkan konsep analisis yang rada tingkat tinggi yang juga menyajikan pola berulang. 

NB: Trus apa hubungannya cinta dengan matematik, Yut? Hehe... keduanya memiliki kondisi awal sederhana yang berakhir dengan kompleksitas.

Cinta Tak Semudah Matematika

Kalau saja hidup ini segampang matematika, mungkin nggak banyak orang yang akan terluka. Sepintas lalu kayaknya kalimat ini pasti adanya cuma di sinetron, tapi percaya deh kalimat ini memang terbukti kebenarannya. Mungkin kamu bakal protes jika matematika yang konon bisa bikin rambut lurus jigrak-jigrak tanpa direbonding atau pake shampoo itu- menurutku “enggak susah”. Asalkan kita tahu rumus yang tepat, sebenarnya soal-soal matematika tidak sengeri yang kita kira. Nah, bedanya dengan kehidupan kita : nggak ada rumus yang pasti tentang bagaimana cara membuat orang senang, alih-alih yang kita perbuat malah membuat orang bereaksi sebaliknya. Seperti kata pepatah, Dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tahu.. sebenarnya kita toh benar-benar nggak tahu apa yang ada di dalam pikiran orang lain. Coba diingat-ingat, pasti banyak kan dari kita pernah merasakan salah tingkah dan kebingungan menghadapi bermacam-macam polah tingkah orang lain? Rasanya badan jadi kaku dan dingin kaya diguyur air es dari langit. Kita merutuk dalam hati, andaikan ada rumus praktis (namun sayang, hidup bukanlah UMPTN) untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain. Duh!………
Jadi, matematika mungkin masih lebih gampang. Tapi kamu masih saja boleh nggak sepakat, lho!
Kadang ini nggak ada hubungannya dengan jenis kelamin, namun tetap saja aku merasa bahwa diriku lebih rasional dalam memandang hidup dibandingkan dengan orang-orang lain. Bahkan memandang cinta sekalipun. Boleh jadi teman-temanku mengira aku adalah orang yang memandang cinta dengan sinis; meskipun nggak benar seperti itu. Ada temenku yang bilang, Udah dirasain aja apa susahnya sih? Daripada dipikir melulu. Tapi aku tetep aja  untuk berpikir beberapa kali lagi, agar bisa jatuh cinta pada orang yang tepat. Karena aku yakin bahwa jika kita jatuh cinta cuma bermodalkan perasaan dan hawa nafsu, kalau terjadi sesuatu yang buruk, rasanya pasti kaya kebanting ke lantai. Sakit!!
Aku punya seorang teman yang kayaknya jatuh cinta itu nggak ada bedanya sama memancing ikan. Nyaris nggak pilih-pilih. Asalkan umpan disambut, ditarik deh pancingnya. Tapi ya karena tak pernah berpikir panjang, akhirnya sering hubungannya nggak pernah langgeng. Ia jadian sebanyak ia putus hubungan. Merana sekali tampaknya. Di mata temen-temen lainnya, ia juga sudah dipandang sebelah mata. Habisnya kok kesannya “gampangan” banget gitu lho. Dan entah akhir-akhir ini ia selalu tampak sendirian. Entah karena mungkin kepercayaan diri dia mulai rapuh atau bisa juga tobat. Semoga aja karena alasan yang terakhir tadi deh.
Bukan berarti aku nggak pernah jatuh cinta.
Bagiku, cinta itu memang misterius dan mungkin selamanya akan seperti itu. Kadang-kadang aku nggak pernah menemukan alasan logis kenapa jatuh cinta bisa mengubah sikap orang seratus delapan puluh derajat. Aku kenal seseorang yang sangat realistis tetapi tiba-tiba menjadi begitu melankolis ketika jatuh cinta, memandang senja dengan tatapan rindu, tersenyam-senyum sendiri dalam perjalanan, dan rajin menyambangi kios bunga. Suatu kali dia mengeluh kepadaku bahwa pacarnya sangat cuek kepadanya. Tetapi buru-buru ia membuat berbagai macam pemakluman.. Hmm, biasalah kalo orang udah jatuhcinta apapun bisa dilakukannya.
Jika disuruh memilih, mungkin aku lebih suka hubungan pertemanan ketimbang percintaan meski aku tahu bahwa suatu saat akupun pasti akan jatuh cinta (lagi). Kedengarannya klise, ya? Tapi aku punya alasanku sendiri kok! Sebenarnya ada perbedaan mendasar antara hubungan percintaan dengan hubungan pertemanan. Percintaan itu dilandasi oleh rasa posesif (rasa ingin memiliki), sedangkan hubungan pertemanan didasari atas rasa saling percaya. Kamu boleh-boleh aja protes bahwa hubungan antar kekasih dilandasi atas rasa saling percaya. Tapi pasti kamu akan kesulitan untuk menerangkan dari mana datangnya rasa cemburu. Perasaan posesif itu yang kemudian melahirkan ritual wakuncar (waktu kunjung pacar) saban malam minggu ato bagiku bisa malam apa aja. Coba deh, kamu pasti akan dicemberutin sama pacar kamu kalau “malam minggu” nggak “ronda” ke rumahnya. Rasa posesif yang berlebihan juga lah yang menjadi penyebab hubungan cinta jarak jauh akhirnya nggak berhasil. Bawaannya curiga dan cemburu melulu. Selalu aja bertanya, “Kamu lagi nggak sama siapa-siapa kan di sana?”
Coba sekarang bandingkan dengan hubungan teman. Kita kan nggak bisa protes bila sahabat kita memiliki sahabat lain selain kita? Itu hak-hak dia dong punya sahabat lain selain kita. Hubungan pertemanan juga menghasilkan sebuah ikatan unik yang menyebabkan kita bisa mengobrol akrab dengan teman kita yang mungkin sudah lama nggak kita jumpai. Pokoknya nyambung aja gitu. Nggak ada sama sekali perasaan cemburu. Mungkin ada sedikit perasaan dongkol, namun tetap nggak menjadikan kamu memutuskan hubungan dengannya sebagai seorang teman, bukan?
Kalau dengan pacar, jarang ketemuan, bisa-bisa dieleminasi deh!
Jadi, nggak salah bukan bila aku akhirnya lebih merasa hubungan antar teman lebih berharga daripada hubungan dengan kekasih. Banyak orang-orang spesial yang kujadikan sahabat, karena semata-mata aku meletakkan posisi sahabat lebih tinggi daripada kekasih.
So.., jika suatu kali kamu menyatakan perasaanmu kepada orang lain, dan ditanggapi dengan jawaban
Lebih baik kita jadi teman saja, ya? seharusnya kamu malah merasa lebih terhormat, dong.
Aku sedang sibuk menyelidiki misteri tentang cinta (kayak judul lagu, ya?). Cinta itu sebenernya nggak pernah memberi lebih. Bahkan nggak jarang cinta merenggut apa yang kita punyai : waktu, tenaga, pikiran, uang, dan masih banyak lagi. Tetapi cinta membuat hidup kita lebih berharga. Sedikit yang diberikan oleh orang yang kita cintai terasa berharga. Kekasih kita menjadi sedemikian cantiknya, hingga Dian Satro pun lewat. Orang lain akan menganggap kita gila. Kok bisa ya, cuma dibelikan semangkuk bakso saja senengnya selangit? Tapi orang yang kasmaran itu pasti menganggap cinta itu enak gila.. ^_^
Dalam operasi matematika, cinta itu adalah hubungan perkalian. Ahli-ahli kimia bilang cinta itu adalah katalisator. Dengan satu ucapan yang menghibur dari orang yang kita cintai, hati kita bisa melambung hingga ke negeri antah-berantah. Tetapi satu bentuk kekecewaan yang dilakukan oleh orang yang kita cintai pada kita, duh sakitnya pasti akan membekas sampai lama. Kita bisa jadi sangat terhibur karena cinta, namun sebaliknya bisa juga menjadi sangat tersakiti oleh cinta. Aku beberapa kali menemui orang-orang yang mengalami trauma dalam cinta dan berjanji tidak akan pernah jatuh cinta lagi. Menyedihkan sekali, bukan? Aku hanya bisa mengatakan, tanpa cinta pun hidup kita sudah membingungkan. Ini juga didukung oleh Hukum Termodinamika II, yang berbunyi entropi selalu positif, yang artinya : alam termasuk manusia akan cenderung menuju ke arah ketidakaturan. So, sebenarnya tidak ada masalah dalam hidup, asalkan kita bisa mengendalikannya. Cinta nggak pernah bersalah kok! Baik-buruknya kualitas cinta itu tergantung pada kita, gimana cara kita menjalaninya. Pengalaman dan kegagalan yang dulu kan bisa menjadi cermin bagi kita agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Bagaimanapun juga, yang memisahkan antara kegagalan dan kesuksesan adalah usaha. Yah, tapi kita memang harus memulainya. Dan untuk itu modalnya cuma satu. Nyali. Nah, apakah kamu punya?
Apabila kita bertaruh untuk merasakan cinta dalam hidup kita, menurutku pilihan untuk mencoba jatuh cinta lagi tidaklah terlalu buruk. aku merasa bahwa perasaan seperti ini lumrah jika ingin mempelajari sesuatu yang baru sekaligus beda dari keseharian kita.
Hasilnya, aku semakin memahami cinta. Cinta bagiku itu ibarat vitamin C. Bikin semangat dan memandang hidup jauh lebih baik. Cinta melahirkan sentuhan emosi yang bertingkat-tingkat pada simbol-simbol tertentu (contoh: bunga, warna pink, dll) Bener deh kata Mas Guruh Soekarno Putra : Mahadaya Cinta!! Rugi kalau nggak pernah jatuh cinta!
Seperti dalam sebuah lirik sebuah lagu “love doesn’t have to hurt”: cinta nggak boleh saling menyakiti, menekan, apalagi memaksa. Ini berlaku untuk kedua belah pihak lho. Kamu nggak boleh menuntut orang yang kau cintai untuk memperhatikanmu terus-terusan, di lain pihak kamu juga nggak boleh menuntut dirimu untuk terus-terusan memaklumi orang yang kau cintai jika ia berkali-kali melakukan kesalahan yang sama. Cinta itu tetep ada batasnya. Kadang-kadang sebuah hubungan akan lebih baik jadinya apabila kita nggak berhubungan.
Bisa jadi hingga akhir orang tidak akan pernah tahu misteri cinta. Mungkin pada saat rumus-rumus matematika telah terungkap semuanya, cinta masih berenang-renang dengan anggunnya di area ketidaktahuan dalam pikiran manusia dan orang-orang masih ramai membicarakannya. Namun mungkin itu lebih baik. Karena orang-orang akan selalu penasaran, bertanya, mencari, dan merasakan cinta. Cinta memang mungkin selamanya nggak akan lebih gampang daripada matematika. …

Cinta dan Matematika dalam Sebuah Segitiga

Aku takut akan selalu menjadi no.3 dalam suatu hubungan...

Karena hubungan bulat yang telah membagi hati dengan org ke-3 tidak akan selelsai masalah...

Apabila kamu telah menilai pasangan mu bulat 100% hatinya untukmu lalu membagi hatinya dengan org ke-3 maka masalah tidak akan selesai sebelum kamu menentukan pada urutan decimal keberapa kamu mengakhiri hubungan dengan angka 3.

Tidak mempunyai teman diantara kelompok bilangan 1-10 kecuali teman sebangsa dan kelipatannya...
Kenapa aku harus menjadi satuan 3 dalam akar itu...
Aku tau aku tidak akan bisa melihat keindahan seperti matahari yang terbit dan terbenam seperti 1,7321..

Lebih baik aku menjadi angka 9 dalam akar itu..
Karena dengan mengunakan trik aritmatika menyingkirkan unsur 3 dalam akar itu dan kita akan menjadi suatu pasangan...

Bila kita telah menjadi pasangan tanpa aku menjadi no.3
Kita bisa membagi keindahan dan kesenangan dengan secara adil...
Kita bisa membuat bilangan bulat sesuka hati...

Mai kita rayakan suatu bilangan bulat ini
Mememcahkan kebebasan dari ikatan fana....
Menciptakan keindahan dalam suatu titik keseimbanagan dari suatu perbedaan...

Dan dengan gelombang tongkat sihir keajaiban..
Kita bisa meghilangkan area blur dalam hati kita dan membuatnya 100% utuh...
dan Cinta baru telah Terlahir...

By :

Thank You Myspace Comments Cartoons Myspace Comments