Selasa, 24 Januari 2012

Cinta dan Matematika

[Sedikit hiburan sesudah tenggelam dalam buku-buku Natanson, Mathews, LeVeque, Hoffman dan Strauss, melanjutkan membaca buku Wolfram:D]
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

[aku ingin, Sapardi]

Banyak yang bilang cinta itu rumit, namun Sapardi menyajikan cinta dalam bentuk yang sederhana. Jawaban atas kesederhanaan itu aku temukan dalam buku Wolfram, karena ternyata program yang sederhana mampu menghasilkan sebuah sistem yang kompleks. Menariknya lagi, persamaan antara program sederhana yang contohnya dapat dilihat dari ilustrasi-ilustrasi fraktal, ternyata tak hanya ditemukan dalam model komputasi. Di alam, nautilus, bunga daisy, bonggol nanas, mengikuti rasio emas(golden ratio) yang dalam skala mikro sangat sederhana.

Asli, menarik banget. Apalagi dulu sempat iseng-iseng bikin contoh fraktal menggunakan bilangan imajiner, kompleksitasnya bergantung pada banyaknya iterasi. Karena aku masih sebatas penikmat buku(padahal kata dosenku anak math membaca harus sambil megang pinsil dan siap kertas), aku kutip aja: “Then after an initial period where the models are often said to be too simplistic to be worth considering, there begin to be all sorts extension added that attempt to capture more effect and more details. The result of this is that after a few years my original models have evolved into models that are almost unrecognizably complex.”[A New Kind of Science, Wolfram, p.367]

Kayanya aku bener-bener harus nyari buku “Programming for Dummies”(ada yang punya?) Senin lalu juga sempat nonton teman sidang. Isinya tentang pemodelan hubungan perusahaan dengan stakeholder. Dalam sistem konvensional, stakeholder suatu perusahaan hanya dipandang sebagai pihak yang menerima. Nah, dengan menggunakan sistem PRISM, stakeholder seharusnya juga memberikan kontribusi sehingga bentuk sistemnya menjadi nonlinier. Pemodelannya dilakukan dengan sistem dinamik yang menggunakan program PowerSim. Waktu pembahasan ada pembahasan mengenai validasi model yang terdiri dari beberapa sudut. Karena aku belum belajar sistem dinamik, baru baca-baca doang, jadinya ngga terlalu ngerti. Tapi kalau mendengar pembahasannya tampaknya asyik.


Huaaa... kebanyakan hal menarik, TA-ku sendiri ngga beres-beres. Tapi seperti biasa, karena penulis adalah raja, aku mau melakukan pembelaan diri. Karena TA-ku juga berkaitan dengan pemodelan gelombang, maka aku juga melakukan validasi dengan menunjukkan skema beda hinggaku konvergen ke solusi dari persamaan diferensial. Hanya saja ada beberapa hal yang bikin aku bingung, ketika belajar numerik, ada 3 hal yang harus ditunjukkan: konsistensi, kestabilan, dan konvergensi. Dalam pembuktian yang aku lakukan, konsistensi diperoleh dengan menunjukkan fungsi yang ada memenuhi kondisi Lipschitz. Trus kestabilannya diasumsikan berlaku yaitu memenuhi kondisi kestabilan CFL(daerah kebergantungan numerik memuat daerah kebergantungan persamaan diferensial). Yang terakhir diperoleh dengan menunjukkan selisih numerik dan diferensialnya menuju nol. Tapi... waktu belajar numerik ada analisis Neumann segala, sekarang koq ngga ada ya? Mungkin gara-gara asumsi CFL kali ya....

Hmm... mencoba menggunakan kacamata sederhananya Wolfram. TA-ku sederhana karena menggunakan perangkat matematika purba: numerik. Padahal biasanya numerik hanya digunakan sebagai alat bantu, bukan untuk membuktikan rumus. Jadinya TA-ku sekarang ini penuh dengan variabel-variabel dengan index bejibun. Padahal cara kerjanya mirip-mirip(similar dalam bahasanya Wolfram), membuktikan keterukuran, terbatas, baru di bagian akhir-akhir melibatkan konsep analisis yang rada tingkat tinggi yang juga menyajikan pola berulang. 

NB: Trus apa hubungannya cinta dengan matematik, Yut? Hehe... keduanya memiliki kondisi awal sederhana yang berakhir dengan kompleksitas.

0 komentar:

Posting Komentar

By :

Thank You Myspace Comments Cartoons Myspace Comments